Suka memaki orang dalam hati
Tidak mengucap syukur
Sumpah serapah memenuhi mulutnya
Ya itulah dia...
itulah dia!
Wednesday, May 14, 2008
Wednesday, May 7, 2008
Membaca, Menghayati... Baru Menilai!
Membaca sebuah tulisan itu gak bisa diliat satu kali, dua kali....
harus berulang-ulang.
Dibayangi, dihayati, diresapi.
Letakkan diri kita pada situasi dalam bacaan tersebut.
Bayangkan kalau kita jadi pemerannya.
Bayangkan kalau kita merasakan setiap kejadian di dalamnya.
Bayangkan kalau kita yang mengalami itu semua.
Setelah itu barulah kita menilai,
dari berbagai kemungkinan yang ada.
harus berulang-ulang.
Dibayangi, dihayati, diresapi.
Letakkan diri kita pada situasi dalam bacaan tersebut.
Bayangkan kalau kita jadi pemerannya.
Bayangkan kalau kita merasakan setiap kejadian di dalamnya.
Bayangkan kalau kita yang mengalami itu semua.
Setelah itu barulah kita menilai,
dari berbagai kemungkinan yang ada.
Tuesday, May 6, 2008
Pertemuan Lagi
Saya mulai membacanya. Dia, yang saya temui kembali.
Malam itu kami akhirnya janjian untuk bertemu di satu tempat di bilangan Semanggi. Awalnya saya semangat untuk membuka hati ini lagi padanya. Awalnya... tapi terkadang rencana tidak seindah seperti yang direncanakan. Karena malam itu saya mulai membacanya. Mulai mengerti bahwa dia bukan untuk saya.
Sampai 1 jam berlalu, setelah kami bertemu, saya jarang melontarkan perkataan-perkataan serius. Semua saya buat becanda. Saya tidak tau apakah becanda saya norak atau keterlaluan, yang saya tau hanyalah ekspresi wajahnya yang terlihat sangat tidak bersahabat. Seperti kesal tapi tidak tau harus berkata apa. Seperti menyimpan kebencian.
Saya tau dia tidak suka. Namun saya memilih untuk pura-pura tidak tau. Daripada saya dituduh berprasangka. Nanti dia tambah sensitif, pikir saya.
bersambung
Malam itu kami akhirnya janjian untuk bertemu di satu tempat di bilangan Semanggi. Awalnya saya semangat untuk membuka hati ini lagi padanya. Awalnya... tapi terkadang rencana tidak seindah seperti yang direncanakan. Karena malam itu saya mulai membacanya. Mulai mengerti bahwa dia bukan untuk saya.
Sampai 1 jam berlalu, setelah kami bertemu, saya jarang melontarkan perkataan-perkataan serius. Semua saya buat becanda. Saya tidak tau apakah becanda saya norak atau keterlaluan, yang saya tau hanyalah ekspresi wajahnya yang terlihat sangat tidak bersahabat. Seperti kesal tapi tidak tau harus berkata apa. Seperti menyimpan kebencian.
Saya tau dia tidak suka. Namun saya memilih untuk pura-pura tidak tau. Daripada saya dituduh berprasangka. Nanti dia tambah sensitif, pikir saya.
bersambung
Subscribe to:
Posts (Atom)